Ketika Guru Tidak Boleh Mengajar

Sebenarnya judul di atas adalah sebuah perumpamaan. Ini masalah yang ada di dekat saya, sangat dekat.

Ada seorang petani. Dia petani gula jawa. Pembuatan gula jawa sebenarnya cukup sederhana. Setelah air nira diambil dari pohon kelapa, kemudian dimasak selama beberapa jam. setelah mengental maka akan dituang dalam cetakan. Ditunggu dingin dan kemudian akan mengeras sendiri. Maka jadilah gula jawa, atau biasa juga di sebut gula merah.

Didalam memasak air nira biasanya para petani gula jawa menggunakan kayu bakar yang diambil dari kebun atau hutan terdekat.

Pemerintah punya peraturan mengenai bidang kehutanan. Seperti dilarangnya pembalakan liar. Yaitu penebangan hutan secara membabi buta. Secara besar-besaran. Yang kemudian dijual untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Dan tentu saja sangat merugikan negara.

Nah, apakah pemerintah tidak tahu tentang perbedaan para pembalak liar dengan petani gula jawa. Para petani gula jawa memang membutuhkan kayu bakar untuk memasak air nira. Tetapi tidak sebanyak para pembalak liar. Mereka mencari kayu bakar sehari hanya 1 sampai 2 kali saja. Itu pun menggunakan senjata tajam yang sederhana. Mereka hanya mengambil rantingnya saja. Ranting kering. Atau pohon, pohon yang tua. Kayu kering.apakah mereka bisa disamakan dengan para pembalak liar yang menebang pohon sampai berkubik-kubik.

Apa yang akan dikasih para petani gula jawa pada keluarganya, anak istrinya. Apakah mereka merugikan negara?